Selasa, 13 Maret 2012

Pengertian Cinta Menurut AR RUM 21

Firman Allah Ta’ala :
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21].
Aku berkata : Dalam ayat ini terangkum pengertian cinta.
Pertama, Sakinah
Yaitu perasaan nyaman, cenderung, tentram atau tenang kepada yang dicintai,
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
Artinya : … supaya kamu merasa nyaman kepadanya.
Seperti orang yang penat dengan kesibukan dan kebisingan siang lalu menemukan kenyamanan dan ketenangan dalam kegelapan malam. Surat Yunus ayat 67 :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Artinya : “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya (litaskunu fihi) dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar”.
Semisal itu dalam surat Al-Qashshah ayat 72.
Kedua, Mawadah
Dalam ayat :
وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً
Artinya : “…dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah…”.
Mawadah adalah perasaan ingin bersatu atau bersama.
Imam As-Sayuthi رحمه الله (w. 911 H) dalam Tafsir Dur Mantsur (11/595) dari riwayat Ibn Al-Mundzir dan Ibn Abi Hatim, dari Al-Hasan rahimahullahu tentang firman Allah : “.. dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah”, beliau berkata, “al-jima”. Demikian pula menurut Mujahid dan Ikrimah, sebagaimana dituliskan Imam Ibn Hayan Al-Andalusi رحمه الله (w. 745 H) dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhyith (9/77) dan lainnya.
Aku katakan : Dalam jima (persetubuhan) memang secara lahir bisa terwujud kebersamaan, dengan suatu perjanjian yang terkuat yaitu nikah (Qs. an-Nisaa' 21). Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam bersabda:
لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ
Artinya : “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah/lebih baik oleh) orang-orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan”.
Hadits ini shahih sebagaimana dikatakan Syaikh Al-Albani رحمه الله dalam Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah (no. 624), dengan dua jalan, dari :
Pertama, Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, oleh Ibnu Majah (1/593) no. 1847, berkata Al-Bushairi dalam az-Zawaid (1/323), “Ini isnadnya shahih, rijalnya tsiqah”, Thabrani dalam Al-Kabir (11/17) no. 10895, (11/50) no. 11009, Al-‘Aqili dalam Adh-Dhu’afa (4/134) no. 1692, Tamam dalam Al-Fawaid (2/366-367 –Raudhul Basam) no. 732, 733, 734, dan Baihaqi (7/78) no. 13230 dengan sedikit perbedaan lafazh, dishahihkan dengan syarat Muslim oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/174) no. 2677, dan disetujui Adz-Dzahabi.
Kedua, dikeluarkan dari Thawus secara mursal, oleh Sa’id ibn Manshur dalam Sunan (no. 492), Baihaqi (7/78) no. 13230, Abu Ya’la dalam Musnad (5/132) no. 2747, Al-‘Aqili dalam Adh-Dhu’afa (4/134) no. 1692, Abdurrazaq (6/151) no. 10319, (6/168) no. 10377 dan Ibn Abi Syaibah (6/5) no. 16147 atau (3/271/12).
Al-Qur’an juga menegaskan hubungan antara mawadah dan keinginan bersama,
وَلَئِنْ أَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِنَ اللَّهِ لَيَقُولَنَّ كَأَنْ لَمْ تَكُنْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ مَوَدَّةٌ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزَ فَوْزًا عَظِيمًا
Artinya : “Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada mawadah antara kamu dengan dia: "Wahai, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)" [An-Nissa 73].
Lihat pula dalam surat Al-Ma’idah ayat 82-83, tentang doa orang-orang yang memiliki mawadah:
رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Artinya : "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad shallallahu’alaihi wasalam )”.
Ketiga, al-mahabah (المحبة)
Al-Hafizh Ibn Katsir رحمه الله (w. 774 H) dalam Tafsirnya (6/309) tentang ayat, “…dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah…”. Beliau berkata, “(yaitu) al-mahabah”. Seperti itu yang dikutip Imam Al-Qurthubi رحمه الله (w. 671 H) dalam Tafsir (14/17), dari perkataan Ibn Abbas radhiyallahu’anhu.
Ada yang mengartikan al-mahabah, sebagai perasaan yang membuat buta untuk selain dia dan tuli bagi selain dia. Seperti dalam satu hadits :
حُبُّكَ الشَّىْءَ يُعْمِى وَيُصِمُّ
Artinya : ‘Kecintaanmu kepada sesuatu membuat buta dan tuli’.
Hadits ini sebenarnya diperselisihkan keshahihannya secara marfu, dikeluarkan dari jalan Abu Darda radhiyallahu’anhu oleh Ahmad (5/194) no. 21740, dalam ta’liqnya Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata, “Shahih mauquf, dan ini isnadnya dha’if, kelemahannya ada pada Abu Bakar ibn Abi Maryam”. Dikeluarkan pula oleh Ahmad pada tempat lain (6/450). Thabrani dalam Al-Ausath (4/334) no. 4359, Ad-Daulabi dalam Al-Kuna wal Asma’ (1/192) no. 656, Abu Dawud (4/334) no. 5130 dan beliau tidak mengomentarinya, Baihaqi dalam Syu’ibul Iman (1/368) no. 411, Abd ibn Hamid dalam Musnad h. 99 no. 205, dan Bukhari dalam Tarikh Al-Kabir (3/171) biografi Khalid ibn Muhammad no. 584. Memang Ibnu Atsakir dalam Tarikh (13/316) no. 1394 telah mengeluarkannya dari jalan lain, tetapi didalamnya banyak perawi majhul.
Mengenai cinta ‘yang membuat buta dan tuli’ akan dibahas pada bab yang lain, insya Allah.
Keempat, rahmah
Dalam ayat diatas :
وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
Artinya : “… dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah”.
Rahmah adalah kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama karena ada ikatan. Seperti cinta antar orang yang bertalian darah, cinta orang tua terhadap anaknya, atau sebaliknya. Sebagaimana tafsir yang disebutkan Imam As-Sayuthi رحمه الله (w. 911 H) dalam Tafsir Dur Mantsur (11/595), riwayat Ibn Al-Mundzir dan Ibn Abi Hatim, dari Al-Hasan rahimahullau tentang firman Allah : “… dan rahmah”, Al-Hasan berkata, “al-walad (anak)”. Demikian pula menurut Mujahid dan Ikrimah, sebagaimana dituliskan Imam Ibn Hayan Al-Andalusi رحمه الله (w. 745 H) dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhyith (9/77) dan lainnya.
Al-Qur'an menyebut hubungan darah ini al-arham,
وَأُولُو الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : Orang-orang yang mempunyai al-arham (hubungan) itu sebagiannya lebih berhak terhadap sebagiannya dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu [Al-Anfal 75].
Kata silaturrahim juga berasal dari pecahan kata ini, artinya menyebarkan kebaikan yang benangnya adalah rahim ibu. Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam menyebutkan hubungan antara silaturahim dengan mahabah, lewat sabdanya :
تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي الْأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِي الْأَثَرِ
Artinya : “Pelajarilah nasab kalian agar dapat menyambung saudara-saudara kalian. Sebab silaturahim adalah (sebab adanya) kecintaan (mahabah) dalam keluarga, melancarkan harta dan bertambahnya umur”.
Hadits ini shahih sebagaimana dikatakan Syaikh Al-Albani رحمه الله dalam Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah (no. 276), ada dua jalan :
Pertama, dari Abu Hurairah radhyiallahu’anhu oleh Ahmad (2/374) no. 8855, Tirmidzi (4/351) no. 1979, beliau berkata, “Gharib”, Al-Hakim (4/178) no. 7284, beliau menshahihkan isnadnya dan disepakati adz-Dzahabi, dan As-Sam’ani mengeluarkannya dalam Al-Anshab (1/5).
Kedua, dari Al’Ala ibn Kharazah oleh Thabrani (18/98) no. 176, sebagaimana disebutkan Al-Haitsami dalam Al-Majma (8/152).
Kelima, ar-ra’fah (الرأفة)
Al-Hafizh Ibn Katsir رحمه الله (w. 774 H) dalam Tafsirnya (6/309) berkata, “… menjadikan diantara keduanya (suami dan istri) mawadah yaitu al-mahabah, dan rahmah yaitu ar-ra’fah ”.
ar-ra’fah adalah perasaan yang bisa mengalahkan norma-norma kebenaran. Sebagaimana diingatkan oleh Allah Ta’ala tentang hukuman bagi pezina:
وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
“… dan janganlah ra’fah kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat [an-nur 2].
Keenam, asy-syafaqah (الشفقة)
Imam Al-Mawardi رحمه الله (w. 450 H) dalam Tafsir (3/315), berkata: “Sesungguhnya al-mawadah (adalah) al-mahabah, dan ar-rahmah (adalah) asy-syafaqah, berkata seperti itu As-Sa’di”.
Asy-syafaqah adalah rasa kasih sayang dan belas kasihan yang timbul karena keadaan orang lain, atau karena ada kesamaan keadaan yang ia temukan pada orang lain. Sebagaimana Imam Tirmidzi رحمه الله dalam Sunan (4/325) berkata:
باب ما جاء في شفقة المسلم على المسلم
Artinya : ‘Bab apa-apa yang datang dalam syafaqah (kasih sayang) antara muslim dengan muslim”,
Lalu beliau menyebut 3 hadits, diantaranya (no. 1927) “Muslim itu saudaranya muslim yang lain…”, dan hadits (1928), “Muslim itu seperti sebuah bangunan…”.
Kaum muslim saling mencintai sebab adanya kesamaan aqidah, mereka membangun wala (loyalitas) dan bara’ (permusuhan) berdasarkan itu.
Ketujuh, ayat-ayat Allah
Maksudnya cinta adalah sebagian dari ayat-ayat Allah,
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “… Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21].

Senin, 28 November 2011


sob, ente heran ga sih, kenapa anak muda pada zaman sekarang ini banyak yang begitu mudah menyerahkan keperawanannya.

penyebab cewek kehilangan keperawanannya sebenarnya ada beberapa sebab dasar kenapa banyak anak perempuan melakukan hubungan seks di luar pranikah :




1. Haruskah Membuktikan True Love Lewat Making Love? Mereka yang melakukan aktivitas pacaran, memberikan alasan bahwa seks sebelum nikah (sex before marriage) adalah bukti cinta sejati. Logika mereka, yang namanya cinta itu butuh pengorbanan. Nah, kalau wanita yang diajak pacaran, maka ia harus mau berkorban. Apa bentuk pengorbanannya? Tak lain dan tak bukan adalah mengorbankan kesucian (keprawanan) mereka. Naudzu billah.
Tentu ini adalah alasan yang dibuat-buat untuk memperturutkan hawa nafsu rendahan. Yang benar adalah bila seseorang cinta pada seseorang pasti ia akan berusaha memberikan kebaikan kepada orang yang dicintainya dan tak rela bila kekasihnya terjerumus dalam kesengsaraan.

2. budaya kita sekarang sudah berubah akibat tayangan televisi yang kebablasan, tersebarnya video porno di hp, sehingga anak-anak sekarang melupakan budaya orangtua yang sangat tabu masalah seks. akibatnya s3x bagi kawula muda dianggap hal yang trendy dan gaya hidup keren.

3. agama yang lemah karena kurang didikan serta pengawasan orangtua sehingga banyak yang atheis tidak takut akan dosa dan hukuman Allah di akhirat.

4. hukum di indonesia kurang membuat takut pria hidung belang, wanita nakal dan orang biasa-biasa saja yang mau zina. padahal zina itu dilarang agama dengan hukuman agama yang sangat berat.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).
 seks bebas sama saja dengan penyakit masyarakat dan senjata biologis pemusnah masal dari penyakit menulas seksual (pms). pemerintah terkesat tutup mata masalah ini.

5. sekolah banyak yang kurang peduli dengan hal ini terutama di kota-kota besar seks bebas. para siswa dibiarkan, kok kota besar di pelosok desa aja sekarang sudah merajalela. terlibat budaya yang berbahaya bagi masa depan mereka tanpa ada solusi yang tepat bagaimana menghentikannya.

6. banyak pria hidung belang dan germo/mucikari yang mencari mangsa baru dengan berbagai cara tanpa tanpa banyak ditindak oleh aparat kepolisian. hukuman bagi mereka pun sangat rendah walaupun telah merengut masa depan banyak perempuan.

7. perekonomian yang tidak berkembang signifikan dan merata sehingga banyak perempuan yang mencari jalan pintas untuk mendapat uang banyak dengan cara yang mudah yaitu menjual diri menjadi pekerja seks komersial (psk) alias wanita tuna susila (wts). seharusnya abg-abg yang ingin bekerja diberi lapangan pekerjaan namun yang sudah dewasa pun banyak yang menganggur dan miskin. pemerintah, investor dan orang kreatif inovatif punya andil besar dalam memakmurkan suatu wilayah. banyak yang kepepet butuh uang akhirnya coba-coba jual diri.

Naudzu billah.

Doa Adalah Ibadah Dan Sumber Kemuliaan Sejati



Dalam sebuah hadis Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa doa merupakan ibadah. Lalu beliau mengutip sebuah ayat dari Al-Qur’an yang menggambarkan bahwa doa merupakan perintah Allah. Allah juga berfirman bahwa orang yang menyombongkan diri dengan tidak menyembah Allah alias tidak beribadah kepada Allah, maka tempatnya di neraka. (QS Al-Mu’min ayat 60)



Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Do’a itu adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca: Rabbmu berfirman:"Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (HR Tirmidzi 3294)

Betapapun banyaknya kebaikan seseorang bila tidak diiringi dengan kerendahan hati untuk memohon dan merasa butuh kepada Allah melalui doa, maka orang itu tidak akan memperoleh ganjaran atas segenap kebaikannya tersebut. Demikian diriwayatkan oleh istri Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, Aisyah radhiyallahu ’anha.

Berkata Aisyah: “Ya Rasulullah, di masa jahiliyyah Ibnu Jud’an menyambung tali silaturrahim dan memberi makan kepada orang miskin. Apakah hal itu dapat memberikan manfaat bagi dirinya?” Nabi menjawab: “Semua itu tidak akan memberikan manfaat baginya karena sesungguhnya dia tidak pernah seharipun berdoa: ”Ya Rabbku, ampunilah kesalahanku pada hari Kamat.” (HR Muslim 315)


Berdoa kepada Allah, saudaraku, merupakan perkara yang sangat penting dan sekaligus mulia. Orang yang rajin berdoa kepada Allah bukan berarti ia menjadi orang yang hina dan lemah. Benar, ia hina di hadapan yang Maha Mulia, Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Benar, ia lemah di hadapan Yang Maha Perkasa, Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Tetapi ia bukan orang yang hina dan lemah di hadapan manusia. Kenapa? Karena orang ini berarti sangat faham kedudukan dirinya yang sebenarnya di dunia ini. Ia sangat mengerti bahwa segala upaya manusia untuk tampil mulia dan kuat di hadapan manusia lainnya tidak akan pernah tercapai bila ia justru menghadapkan wajahnya kepada segenap kemuliaan dan kekuatan palsu dunia ini. Hanya dengan menghadapkan wajah kepada Allah sematalah seseorang bakal meraih kemuliaan sejati.

Tidak mungkin seseorang menjadi mulia dan kuat dengan bersibuk-sibuk mengejar harta dan kekayaan dengan asumsi bahwa bila ia sudah kaya dan banyak harta maka ia akan menjadi manusia mulia dan kuat. Tidak mungkin seseorang menjadi mulia dan kuat dengan pontang-panting mengejar jabatan dan kekuasaan dengan asumsi bahwa bila ia sudah menjadi pejabat dan berkuasa maka ia akan menjadi manusia mulia dan kuat. Tidak mungkin seseorang menjadi mulia dan kuat dengan jungkir-balik mengejar popularitas dan ketenaran dengan asumsi bahwa bila dirinya telah menjadi populer atau menjadi seorang selebritis maka ia akan menjadi manusia mulia dan kuat.

Saudaraku, sumber kemuliaan seseorang terletak pada kerajinan dan kesungguhannya berdoa dan bermunajat kepada ilahi Rabbi. Bahkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan kegiatan berdoa sebagai perkara yang paling mulia di sisi Allah.



Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:”Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah daripada do’a.” (HR Ibnu Majah 3819)

Saudaraku, perlu diketahui pula bahwa bagi Allah adalah sangat mudah untuk mengabulkan doa seseorang . Tetapi ada syaratnya. Hendaklah si Muslim berdoa dalam keadaan hati yang hadir, hati yang bersungguh-sungguh mengharapkan ijabah (pengabulan) dari Allah dan tentunya hati yang tidak lalai. Semoga Allah senantiasa mendengarkan dan mengabulkan segenap doa kita yang isinya mendatangkan keridhaanNya. Amin







Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakinakan di-ijabah dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (HR Tirmidzi 3401)

Minggu, 28 Agustus 2011

Mari QIta renungkan



sob, ente heran ga sih, kenapa anak muda pada zaman sekarang ini banyak yang begitu mudah menyerahkan keperawanannya.

penyebab cewek kehilangan keperawanannya sebenarnya ada beberapa sebab dasar kenapa banyak anak perempuan melakukan hubungan seks di luar pranikah :




1. Haruskah Membuktikan True Love Lewat Making Love? Mereka yang melakukan aktivitas pacaran, memberikan alasan bahwa seks sebelum nikah (sex before marriage) adalah bukti cinta sejati. Logika mereka, yang namanya cinta itu butuh pengorbanan. Nah, kalau wanita yang diajak pacaran, maka ia harus mau berkorban. Apa bentuk pengorbanannya? Tak lain dan tak bukan adalah mengorbankan kesucian (keprawanan) mereka. Naudzu billah.
Tentu ini adalah alasan yang dibuat-buat untuk memperturutkan hawa nafsu rendahan. Yang benar adalah bila seseorang cinta pada seseorang pasti ia akan berusaha memberikan kebaikan kepada orang yang dicintainya dan tak rela bila kekasihnya terjerumus dalam kesengsaraan.

2. budaya kita sekarang sudah berubah akibat tayangan televisi yang kebablasan, tersebarnya video porno di hp, sehingga anak-anak sekarang melupakan budaya orangtua yang sangat tabu masalah seks. akibatnya s3x bagi kawula muda dianggap hal yang trendy dan gaya hidup keren.

3. agama yang lemah karena kurang didikan serta pengawasan orangtua sehingga banyak yang atheis tidak takut akan dosa dan hukuman Allah di akhirat.

4. hukum di indonesia kurang membuat takut pria hidung belang, wanita nakal dan orang biasa-biasa saja yang mau zina. padahal zina itu dilarang agama dengan hukuman agama yang sangat berat.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).
 seks bebas sama saja dengan penyakit masyarakat dan senjata biologis pemusnah masal dari penyakit menulas seksual (pms). pemerintah terkesat tutup mata masalah ini.

5. sekolah banyak yang kurang peduli dengan hal ini terutama di kota-kota besar seks bebas. para siswa dibiarkan, kok kota besar di pelosok desa aja sekarang sudah merajalela. terlibat budaya yang berbahaya bagi masa depan mereka tanpa ada solusi yang tepat bagaimana menghentikannya.

6. banyak pria hidung belang dan germo/mucikari yang mencari mangsa baru dengan berbagai cara tanpa tanpa banyak ditindak oleh aparat kepolisian. hukuman bagi mereka pun sangat rendah walaupun telah merengut masa depan banyak perempuan.

7. perekonomian yang tidak berkembang signifikan dan merata sehingga banyak perempuan yang mencari jalan pintas untuk mendapat uang banyak dengan cara yang mudah yaitu menjual diri menjadi pekerja seks komersial (psk) alias wanita tuna susila (wts). seharusnya abg-abg yang ingin bekerja diberi lapangan pekerjaan namun yang sudah dewasa pun banyak yang menganggur dan miskin. pemerintah, investor dan orang kreatif inovatif punya andil besar dalam memakmurkan suatu wilayah. banyak yang kepepet butuh uang akhirnya coba-coba jual diri.

Naudzu billah.

Senin, 15 Agustus 2011

Apakah Mengenal Pasangan Harus Lewat Pacaran?




Sebagian orang menyangka bahwa jika seseorang ingin mengenal pasangannya mestilah lewat pacaran. Kami pun merasa aneh kenapa sampai dikatakan bahwa cara seperti ini adalah satu-satunya cara untuk mengenal pasangan. Saudaraku, jika kita telaah, bentuk pacaran pasti tidak lepas dari perkara-perkara berikut ini.

Pertama: Pacaran adalah jalan menuju zina
Yang namanya pacaran adalah jalan menuju zina dan itu nyata. Awalnya mungkin hanya melakukan pembicaraan lewat telepon, sms, atau chating. Namun lambat laut akan janjian kencan. Lalu lama kelamaan pun bisa terjerumus dalam hubungan yang melampaui batas layaknya suami istri. Begitu banyak anak-anak yang duduk di bangku sekolah yang mengalami semacam ini sebagaimana berbagai info yang mungkin pernah kita dengar di berbagai media. Maka benarlah, Allah Ta’ala mewanti-wanti kita agar jangan mendekati zina. Mendekati dengan berbagai jalan saja tidak dibolehkan, apalagi jika sampai berzina. Semoga kita bisa merenungkan ayat yang mulia di bawah ini,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32). Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan, “Allah melarang mendekati zina. Oleh karenanya, sekedar mencium lawan jenis saja otomatis terlarang. Karena segala jalan menuju sesuatu yang haram, maka jalan tersebut juga menjadi haram. Itulah yang dimaksud dengan ayat ini.” Selanjutnya, kami akan tunjukkan beberapa jalan menuju zina yang tidak mungkin lepas dari aktivitas pacaran.


Kedua:  Pacaran melanggar perintah Allah untuk menundukkan pandangan
Padahall Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (QS. An Nur: 30). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan mahrom, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya.
Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.

Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.”

 Ketiga: Pacaran seringnya berdua-duaan (berkholwat)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ

Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” Berdua-duaan (ber kholwat) yang terlarang di sini tidak mesti dengan berdua-duan di kesepian di satu tempat, namun bisa pula bentuknya lewat pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via chating dan lainnya. Seperti ini termasuk semi kholwat yang juga terlarang karena bisa pula sebagai jalan menuju sesuatu yang terlarang (yaitu zina).

Keempat: Dalam pacaran, tangan pun ikut berzina
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haram (karena itu bisa mengundang sahwat). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.
 Inilah beberapa pelanggaran ketika dua pasangan memadu kasih lewat pacaran. Adakah bentuk pacaran yang selamat dari hal-hal di atas? Lantas dari sini, bagaimanakah mungkin pacaran dikatakan halal? Dan bagaimana mungkin dikatakan ada pacaran islami padahal pelanggaran-pelanggaran di atas pun ditemukan? Jika kita berani mengatakan ada pacaran Islami, maka seharusnya kita berani pula mengatakan ada zina islami, judi islami, arak islami, dan sebagainya.


Menikah, Solusi Terbaik untuk Memadu Kasih
Solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan menikah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

« لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ »
Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.
Inilah jalan yang terbaik bagi orang yang mampu menikah. Namun ingat, syaratnya adalah mampu yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” Yang dimaksud baa-ah dalam hadits ini boleh jadi jima’ yaitu mampu berhubungan badan. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud baa-ah adalah telah mampu memberi nafkah. Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullahh mengatakan bahwa kedua makna tadi kembali pada makna kemampuan memberi nafkah.  Itulah yang lebih tepat.
Inilah solusi terbaik untuk orang yang akan memadu kasih. Bukan malah lewat jalan yang haram dan salah. Ingatlah, bahwa kerinduan pada si dia yang diidam-idamkan adalah penyakit. Obatnya tentu saja bukanlah ditambah dengan penyakit lagi. Obatnya adalah dengan menikah jika mampu. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya obat bagi orang yang saling mencintai adalah dengan menyatunya dua insan tersebut dalam jenjang pernikahan.” 


Obat Bagi Yang Dimabuk Cinta

Berikut adalah beberapa obat bagi orang yang dimabuk cinta namun belum sanggup untuk menikah.

Pertama: Berusaha ikhlas dalam beribadah.
Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sungguh, jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”

Kedua: Banyak memohon pada Allah
Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60)

Ketiga: Rajin memenej pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah surat An Nur ayat 30 yang telah kami sebutkan sebelumnya. Mujahid mengatakan, “Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah.”

Keempat: Lebih giat menyibukkan diri
Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”

Kelima: Menjauhi musik dan film percintaan
Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air dapat menumbuhkan sayuran.”  Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.” Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah. 

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Kamis, 23 Juni 2011

Wanita DiCiptakan Untuk DiLindungi

Allah SWT tidak menciptakan wanita dari kepala laki-laki untuk dijadikan atasannya. Tidak juga Allah SWT ciptakan wanita dari kaki laki-laki untuk dijadikan bawahannya. Tetapi Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lenganya untuk dilindunginya, dan dekat dengan hatinya untuk dicintainya.

Allah tidak menciptakan wanita sebagai komplementer atau sebagai barang substitusi apalagi sekedar objek buat laki-laki. Tetapi Allah menciptakan wanita sebagai teman yang mendampingi hidup Adam tatkala kesepian di surga. Juga Allah ciptakan wanita sebagai pasangan hidup laki-laki yang
akan menyempurnakan hidupnya sekaligus sebab lahirnya generasi, disamping tunduk dan beribadah kepada Allah tentunya.

Tetapi mengapa tetap saja ada laki-laki yang tunduk di bawah kaki wanita. Mengemis cintanya, berharap kasih sayangnya dengan menggadaikan kepemimpinan, bahkan kehormatan dan harga dirinya. Wanita dipuja bagai dewa, disanjung bagai Dewi Shinta, yang banyak menyebabkan laki-laki buta mata, buta telingga, bahkan buta mata hatinya.

Namun ada juga yang menganggap rendah wanita. Wanita dinista, dihina. Kesuciannya dijadikan objek yang tidak bernilai harganya. Tenaganya dieksploitasi bagaikan kuda. Kelembutannya dijadikan transaksi murahan yang tak seimbang valuenya.

Wanita dijadikan sekedar pemuas nafsu belaka, bila habis madunya, dengan seenaknya di buang ke keranjang sampah, atau dianggap sandal jepit yang tak berguna.

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita melihat mereka menjajakan diri di gelapnya malam yang mencekam. Relakah kita melihat mereka membanting tulang mengumpulkan rupiah atau dollar dengan mayat terbujur kaku sebagai resikonya?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya seperti seonggok jasad hidup yang tidak memiliki nilai guna?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya beringas, liar, ganas, tidak berpendidikan, bodoh, dunggu, hanya karena ketidakmampuan ayah memberi nafkah, karena ketidakmampuan kita medidik dan mencintainya, karena
ketidakmampuan kita melindunginya, sebagaimana Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lengannya untuk dilindunginya, dekat dengan hatinya untuk dicintainnya.

Ia tetap wanita, yang diciptakan Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Tidak bisa manusia dengan akalnya yang kerdil ini mengganti kedudukannya apa lagi fitrahnya. Ia bagaikan sekuntum bunga terpelihara, tidak semua kumbang bisa menghisap madunya. Lemah lembutlah dalam memperlakukannya, karena kalau tidak, ia bisa seganas srigala.

sebenarnnya aku sangat prihatin sekali bla melihat seorang laki yang menjabat sebagai imam keluarga yg mengedepankan hak dan membelakang kan kewajibannya, Naudzubillahi mindzalik. Ya Allah berilah pentunjuk kepada meraka.

Ya Allah jadikan aku laki-laki yang bisa melindungi wanita. bila suatu saat nanti aku sudah punya istri bimbinglah aku berilah aku hidayah agar aku bisa mebedakan antara hak dan kewajiban ku terhadap istri maupun anak-nak kami.. Amin.

Renungan Ilir-Ilir

Lir ilir lir ilir tandure wus sumilir, tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar :

Kanjeng Sunan Ampel seakan-akan baru hari ini bertutur pada kita tentang kita. Tentang segala sesuatu yang kita mengalaminya sendiri namun tak kunjung kita sanggup untuk mengerti. Sejak lima abad yang silam syair itu telah ia lantunkan dan tak ada jaminan kita telah paham. Padahal kata-kata beliau itu mengeja kehidupan kita sendiri alfa, beta, alif, ba’, tha’ kebingungan sejarah kita dari hari ke hari. Sejarah tentang sebuah negeri yang puncak kerusakannya terletak pada ketidak sanggupan para penghuninya untuk megakui betapa kerusakan itu sudah tidak terperi
Menggeliatlah dari matimu tutur sang sunan, siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh tahun, bangkitlah dari nyenyak tidur panjangmu sungguh negeri ini adalah penggalan sorga. Sorga seakan-akan pernah bocor mencipratkan kekayaan dan keindahannya dan cipratan keindahannya itu bernama Indonesia raya. Kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja diatas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan. Tidak mungkin kau temukan makhluk tuhanmu kelaparan di tengah hijau bumi kepulaan yang bergandeng-gandeng mesra ini. Bahkan bisa engkau selenggarakan dan rayakan pengantin-pengantin pembangunan lebih dari yang bisa dicapai negeri-negri lain yang manapun. Tapi kita memang telah tidak mensyukuri rahmat sepenggal surga ini kita telah memboroskan anugerah tuhan ini melalui cocok tanam ketidak adilan dan panen-panen kerakusan

Cah angon – cah angon penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno kanggo mbasoh dodot-iro :

Kanjeng sunan tidak memilih figur misalnya pak jendral, juga bukan intelektual-intelektual, ulama-ulama, sastrawan-sastrawan atau senian-seniman atau apapun tapi cah angon (2x). Beliau juga menuturkan penekno blimbing kuwih, bukan penekno pelem kuwih, bukan penekno sawuh kuwih, juga bukan buah yang lain tetapi blimbing bergigir lima terserah apa tafsirmu mengenai lima yang jelas harus ada yang memanjat pohon yang licin itu lunyu-lunyu penekno agar belimbing bisa kita capai bersama-sama. Dan yang harus memanjat adalah bocah angon anak gembala, tentu saja boleh siapa saja, ia boleh seorang doktor, boleh seorang seniman, boleh seorang kyai, boleh seorang jenderal atau siapapun. Tapi dia harus mempunyai daya angon, daya untuk menggembalakan, kesanggupan untuk ngemong siapa pun, karakter untuk merangkul dan memesrai siapa saja sesama saudara sebangsa. Determinasi yang menciptakan garis resultan kedamaian bersama, pemancar kasih sayang dibutuhkan dan diterima semua warna, semua golongan dan semua kecenderungan. Bocah angon adalah seorang pemimpin nasional bukan tokoh golongan atau pemuka suatu gerombolan. Selicin apapun pohon-pohon tinggi reformasi ini sang bocah angon harus memanjatnya harus dipanjat sampai selamat memperoleh buahnya bukan ditebang, dirobohkan atau diperebutkan dan air sari pati belimbing lima gigir itu diperlukan bangsa ini untuk mencuci pakaian nasionalnya. Pakaian adalah akhlak, pakaian adalah sesuatu yang menjadikan manusia bukan binatang. Kalau engkau tidak percaya berdirilah di depan pasar dan copotlah pakaianmu maka engkau kehilangan segala macam harkatmu sebagai manusia. Pakaianlah yang membuat manusia bernama manusia. Pakaian adalah pegangan nilai, landasan moral dan sistem nilai. Sistem nilai itulah yang harus kita cuci dengan pedoman lima

Dodoth-iro dodoth-iro kumitir bedah ing pinggir, dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane yo surako – surak iyooo

Pakaian kebangsaan kita, harga diri nasionalime kita, telah sobek-sobek oleh tradisi penindasan, oleh tradisi kebodohan, oleh tradisi keserakahan yang tidak habis-habis. Dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore, harus kita jahit kembali, harus kita benahi lagi, harus kita utuhkan kembali agar supaya kita siap untuk menghadap ke masa depan. Memang kita sudah lir-ilir, sudah ngelilir sudah terbangun dari tidur, sudah bangun, sudah bangkit sesudah tidur terlalu nyenyak selama 30 tahun atau bahkan mungkin lebih lama dari itu. Kita memang sudah bangkit beribu-ribu kaum muda berjuta-juta rakyat sudah bangkit keluar rumah dan memenuhi jalanan, membanjiri sejarah dengan semangat menyeruak kemerdekaan yang telalu lama diidamkan. Akan tetapi mungkin karena terlalu lama kita tidak merdeka sekarang kita tidak begitu mengerti bagaimana mengerjakan kemerdekaan sehingga tidak begitu paham beda antara demokasi dan anarki. Terlalu lama kita tidak boleh berfikir lantas sekarang hasil fikiran kita keliru-keliru sehingga tak sanggup membedakan mana asap mana api, mana emas mana loyang mana nasi dan mana tinja. Terlalu lama kita hidup dalam ketidak menentuan nilai lantas menjadi semakin kabur pandangan kita akan nilai-nilai yang berlaku dalam diri kita sendiri sehingga yang kita jadikan pedoman kebenaran hanyalah kemauan kita sendiri, nafsu kita sendiri, kepentingan kita sendiri. Terlalu lama kita hidup dalam kegelapan sehingga kita tidak mengerti melayani cahaya sehingga kita tidak becus mengurusi bagaimana cahaya terang sehingga dalam kegelapan gerhana rembulan yang membikin kita buntu sekarang kita junjung-junjung pengkhianat dan kita buang para pahlawan. Kita bela kelicikan dan kita curigai ketulusan.
Gerhana rembulan hampir total, malam gelap gulita. Matahari berada satu garis dengan bumi dan rembulan. Cahaya matahari yang memancar ke rembulan tidak sampai karena ditutupi oleh bumi sehingga bulan tidak bisa memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi. Matahari adalah lambang Tuhan, cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi yang semestinya dipantulkan oleh rembulan. Rembulan adalah para keasih Allah, para nabi, para rasul, para ulama, para cerdik-cendikia, para pujangga dan siapapun saja yang memantulan cahaya matahari atau nilai-nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi. Karena bumi menutupi cahaya matahari maka malam gelap gulita dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi. Orang tidak bisa menatap wajah orang lainnya secara jelas. Orang menyangka kepala adalah kaki, orang menyangka utara adalah selatan. Orang bertabrakan satu sama lain. Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain atau bahkan sengaja saling menjegal satu sama lain. Di dalam kegelapan orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah akan kemana melangkah dan bagaimana melangkah.
Ilir-ilir, kita memang sudah ngelilir, sudah bangkit, sudah bangun bahkan kaki kita sudah berlari kesana kemari namun akal fikiran kita belum, hati nurani kita belum, kita masih merupakan anak dari orde-orde yang kita kutuk di mulut namun ajaran-ajarannya kita biarkan hidup di dalam darah dan jiwa kita. Kita mengutuk perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik, kita mencerca maling dengan penuh kedengkian kenapa bukan kita yang maling. Kita mencaci penguasa lalim dengan berusaha untuk menggantikannya. Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara syetan yakni dengan cara melarangnya untuk insyaf dan bertobat. Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara meggusur. Kita menolak pemusnahan dengan cara merancang pemusnahan-pemusnahan. Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaimana cara iblis yakni kita halangi untuk memperbaiki diri. Siapakah selain iblis, syetan dan dajjal yang menolak khusnul khotimah manusia yang memblokade pintu surga, yang menyorong mereka ke pintu neraka. Sesudah ditindas kita menyiapkan diri untuk menindas. Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti memperbudak. Sesudah diancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan.
Yang kita bangkitkan bukan pembaharuan-kebersamaan melainkan asyiknya perpecahan. Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan tapi menggelegaknya kecurigaan. Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan melainkan parasangka dan fitnah. Yang kita perbaharui bukan penyembuhan luka melainkan rencana-rencana panjang untuk menyelenggarakan perang saudara. Yang kita kembang suburkan adalah kebiasaan untuk memakan bangkai saudara-saudara kita sendiri. Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta melainkan mempersempit dunia kita sendiri dengan lubang-lubang kebencian dan iri hati. Pilihanku dan pilihanmu adalah apakah kita akan menjadi bumi yang akan mempergelap cahaya matahari sehingga bumi kita sendiri tidak akan mendapatkan cahayanya. Atau kita akan berfungsi menjadi rembulan, kita sorong diri kita bergeser ke alam yang lebih tepat agar kita bisa apatkan sinar matahari dan kita pantulkan nilai-nilai Tuhan itukembali ke bumi.
Satu tembang tidak selesai ditafsirkan dengan 1000 jilid buku. Satu lantunan syair tidak selesai ditafsirkan dengan 1000 bulan dan seribu orang melakukannya. Aku ingin mengajakmu untuk berkeliling utuk memandang warna-warni yang bermacam-macam dengan membiarkan mereka dengan warnanya masing-masing. Agar kita mengerti dengan hati dan ketulusan kita, apa muatan kalbu mereka mengenai lir-ilir, mengenai ijo royo-royo, mengenai tementen anyar, mengenai bocah angon dan belimbing, mengenai mbasuh dodotiro dan mengenai gumitir bedah ing pinggir.
Yang akan kita bicarakan tentu saja kapan saja bersama-sama.tapi aku ingin mengajakmu untuk mendengarkan siapa saja diantara sauara-saudara kita tanpa perlu kita larang-larang untuk menjadi ini-untuk menjadi itu. Asalkan kita bersepakat bahwa bersama-sama mereka semua kita akan menyumbangkan yang terbaik untuk semuanya bukan hanya bagi ini-bagi itu bukan hanya bagi yang disini atau yang disana.
http://www.4shared.com/audio/bVI6VDGA/Lir-Ilir.html
Sumber : Cak Nun & Kiai Kanjeng – Renungan Ilir-Ilir (Konsep Kepemimpinan Bangsa Oleh Sunan Ampel)